FENOMENA AMIEN RAIS PENYESALAN DAN
SUJUD SYUKUR
Masih dari pihak Koalisi Merah Putih
(KMP), Amien Rais adalah pendiri partai PAN, memegang jabatan sebagai Ketua
Umum dari sejak berdri 1998 sampai tahun 2005, sekarang menjabat sebagai Ketua
Majelis Pertimbangan. Dari partainya
inilah ia pernah menjabat sebagai ketua MPR periode 1999 – 2004. Namanya mulai
mencuat pada akhir masa jabatan Soeharto karena dianggap salah satu pahlawan
Reformasi, seseorang yang berjasa dan telah berhasil menggulingkan kekuasaan
pada masa itu.
Dalam hal Pilkada Amien Rais adalah salah satu orang yang setuju
pemilihan Kepala Daerah yang mulanya dipilih oleh DPRD dialihkan atau diubah
menajadi Pilkada Langsung (dipilih langsung oleh rakyat) pada tahun 2004 dan
baru dimulai pada bulan Juni 2005, sosok ini dulunya adalah salah satu sosok
yang dibanggakan dan dicintai oleh banyak orang, karena jasa-jasanya dan
jabatan yang pernah dia pegang, tapi semua itu sepertinya akan berangsur-angsur
luntur setelah Fenomenalnya yang masih hangat dibicarakan tentang “PENYESALAN
DAN SUJUD SYUKURNYA”.
PENYESALAN
Amien Rais merasa menyesal karena dulu
setuju dengan Pilkada Langsung, dulunya dia meyakini bahwa pilkada langsung
dapat memberantas kecurangan politik seperti Money Politic sebagai jalan pintas
untuk memperbanyak suara, karena banyaknya masyarakat dianggap tidak
memungkinkan untuk melakukan itu.
Amien pun,melihat proses pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang berlangsungbeberap waktu lalu, sangat kental dengan politik uang guna mecapai tujuannyasebagai pemenang. "Pilpres pun politik uang berbicara sangatlantang," cetusnya.
Tapi kalau mau dipikir-pikir bukankah pemilihan lewat DPRD yang lebih besar peluang money poloitik, karena jutaan orang saja bisa di imingi dengan uang kenapa tidak kalau hanya untuk segelintir orang?, prosesnyapun panjang walaupun cukup memastikan bisa terpilih, tapi semua prosesnya ini semuanya berpeluang money politic. Pertama meyakinkan kepada partai untuk agar memilihnya sebagai wakil dari partainya mungkin juga disini tidak hanya Ketuanya saja tapi anggotanya juga, bukan juga 1 partai tapi biasanya partainya bersifat gabuangan semuanya harus diyakinkan semua. Kedua melobi para anggota DPRD yang pastinya kalau mereka mau mereka akan meminta nominal yang tak sedikit, anggota yang harus digaetpun harus banyak dan hasilnya uang yang haris dikeluarkan.,.,.,,., Wooooowwww pantastis. selesaikah ini??? belum, masih ada yang ketiga setelah terpilih agar perjalanannya lancar tentang pengaturan, kebijakan, dan laporan harus diberi pelicin lagi, dan pelicin ini akan berjalan selama 5 tahun. SO CUKUP MEYAKINKAH MEREKA YANG DIPILH OLEH DPRD, YANG MANAKAH YANG LEBIH BERPELUANG UNTUK MENGHASIKAN PEMIMPIN DARI HASIL KECURANGAN. SILAHKAN PIKIRKAN SENDIRI PENILAIAN ANDA JANGAN SALAH DALAM MENILAI ATAUPUN MENYESAL, SIAPA TAHU YANG ANDA SESALKAN LEBIH BAIK DARI YANG ANDA PIKIRKAN SEKARANG.
Tapi kalau mau dipikir-pikir bukankah pemilihan lewat DPRD yang lebih besar peluang money poloitik, karena jutaan orang saja bisa di imingi dengan uang kenapa tidak kalau hanya untuk segelintir orang?, prosesnyapun panjang walaupun cukup memastikan bisa terpilih, tapi semua prosesnya ini semuanya berpeluang money politic. Pertama meyakinkan kepada partai untuk agar memilihnya sebagai wakil dari partainya mungkin juga disini tidak hanya Ketuanya saja tapi anggotanya juga, bukan juga 1 partai tapi biasanya partainya bersifat gabuangan semuanya harus diyakinkan semua. Kedua melobi para anggota DPRD yang pastinya kalau mereka mau mereka akan meminta nominal yang tak sedikit, anggota yang harus digaetpun harus banyak dan hasilnya uang yang haris dikeluarkan.,.,.,,., Wooooowwww pantastis. selesaikah ini??? belum, masih ada yang ketiga setelah terpilih agar perjalanannya lancar tentang pengaturan, kebijakan, dan laporan harus diberi pelicin lagi, dan pelicin ini akan berjalan selama 5 tahun. SO CUKUP MEYAKINKAH MEREKA YANG DIPILH OLEH DPRD, YANG MANAKAH YANG LEBIH BERPELUANG UNTUK MENGHASIKAN PEMIMPIN DARI HASIL KECURANGAN. SILAHKAN PIKIRKAN SENDIRI PENILAIAN ANDA JANGAN SALAH DALAM MENILAI ATAUPUN MENYESAL, SIAPA TAHU YANG ANDA SESALKAN LEBIH BAIK DARI YANG ANDA PIKIRKAN SEKARANG.
SUJUD SYUKUR
Ketukan palu yang menetapkan bahwa Pilkada dikembalikan lagi
dipilh oleh DPRD, setelah rapat yang terbilang alot hingga selesai sampai pagi, dan karena tak menemui titik temu setelah rapat panjang
digelar, diputuskanlah untuk melakukan voting yang akhirnya dimenangkanlah oleh
pihak yang setuju dengan Pilkada Tak Langsung.
Banyak fenomena yang muncul setelah ketukan palu ini, salah
satunya adalah sujud syukurnya Amien Rais yang merasa menang dengan pilihan
Koalisinya dan pilihannya sendiri yang mengharapkan Pilkada dikembalikan kepada
DPRD, hal ini sungguh sangat fenomenal
mengingat dia adalah orang yang dianggap sebagai pahlawan reformasi dan juga
ikut berjasa menyetujui perubahan pilkada yang dulu pernah dipilih oleh Presiden dan
diganti menjadi dipilih oleh DPRD pada tahun 1999 dan berganti lagi menjadi
Pilkada langsung pada tahun 2004 dan mulai berlaku pada bulan juni 2005, dan
dari berbagai perubahan yang maju dalam bidang demokrasi ini, tidak lepas dari
usahanya Amien Rais yang juga ikut memperjuangkan kemajuan demokrasi ini,
sehingga dari awal dia berjuang merobohkan kekuasaan Soeharto, dia sudah
dianggap sebagai pahlawan Reformasi.
Tapi cerita itu sudah berakhir, semua penilaian
positif tentangnya dulu kini sudah menjadi negatif setelah sikap, pendapat, dan
tindakannya terhadap disahkannya UU Pilkada yang dipilih oleh DPRD, rakyat
banyak yang kecewa dengan semua itu, sekarang rakyat berpaling tidak
menyukainya malah ada juga yang membencinya. Hal ini sangat disayangkan dan
disesalkan mengingat jasa-jasa nya yang sudah memperjuangkan era Reformasi, dan
meningkatkan qualitas demokrasi yang dulunya dipegang oleh tangan presiden
beralih mejadi hak DPRD dan meningkat pula sudah menjadi hak semua rakyat.
Setelah perjalanan panjang peningkatan
demokrasi ini, sudah sepatutnyalah rakyat berbangga dengan mereka-mereka yang
ikut memperjuangkannya termasuk Amien Rais, kini hak itu sudah dirampas lagi
menjadi hak DPRD yang patuh kepada arahan partai bukan arahan rakyat yang telah
berjasa memilihnya, rakyat sangat kecewa dan merasa telah dikhianati. Kekecewaan ini semakin besar karena orang
yang mengambil haknya itu adalah orang yang dulunya memperjuangkannya,
Penilaian-penilainya yang terdahulu ternyata salah besar, orang yang dulunya di
banggakan kini telah mengecewakan,, sungguh sangat fenomenal kejadian ini dan
tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.
Sekarang mau
dibawah kemanakah negara ini setelah mengalami kemunduran demokrasi, apakah
kita akan merasakan kembali pahitnya zaman orde baru, ataukah ada orde yang
lain lagi yang disiapkan??? Semua ini terlalu kentara dengan kehausan kekuasaan,
koalisi partai-partai yang dulu selalu ada dikubu pemenang kini harus menelan
pil pahit kekalahan. PAN, GOLKAR, PPP dan PKS yang selalu berada pada pihak
pemenang (Koalisi Partai Demokrat) kini pertama kalinya berada di pihak koalisi yang kalah dalam Pilpres,
mereka tak bisa, lebih tepatnya tak mau berinterkasi menjadi koalisi yang kalah
setelah dulu selalu berada di koalisi yang memegang kekuasaan. Segala carapun
dilakukan untuk memgang kekuasaan, hingga tercetuslah ide untuk merubah Pilkada
Langsung menjadi dipilih oleh DPRD, karena dengan begini Big Koalisinya menjadi
lebih berarti, mereka berpeluang menguasainya 31 provinsi yang ada di
Indonesia, mereka memang kurang beruntung untuk memegang kekuasaan RI 1 tapi hampir
semua kepala daerah ditangannya, sehingga mereka juga bisa mengontrol negara
ini dengan semau mereka. SUNGGU TRAGIS DAN SANGAT TRAGIS, HAL APAKAH LAGI YANG
AKAN DIRUBAH SETELAH INI,,,??? KITA TUNGGU SAJA, AKU YAKIN MEREKA BELUM AKAN
PUAS DENGAN HAL INI SAJA.
0 comments:
Post a Comment