Sunday, September 28, 2014

AMIEN RAIS PENGKHIANAT DEMOKRASI

FENOMENA AMIEN RAIS PENYESALAN DAN SUJUD SYUKUR

Masih dari pihak Koalisi Merah Putih (KMP), Amien Rais adalah pendiri partai PAN, memegang jabatan sebagai Ketua Umum dari sejak berdri 1998 sampai tahun 2005, sekarang menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan. Dari partainya inilah ia pernah menjabat sebagai ketua MPR periode 1999 – 2004. Namanya mulai mencuat pada akhir masa jabatan Soeharto karena dianggap salah satu pahlawan Reformasi, seseorang yang berjasa dan telah berhasil menggulingkan kekuasaan pada masa itu.

Dalam hal Pilkada Amien Rais adalah salah satu orang yang setuju pemilihan Kepala Daerah yang mulanya dipilih oleh DPRD dialihkan atau diubah menajadi Pilkada Langsung (dipilih langsung oleh rakyat) pada tahun 2004 dan baru dimulai pada bulan Juni 2005, sosok ini dulunya adalah salah satu sosok yang dibanggakan dan dicintai oleh banyak orang, karena jasa-jasanya dan jabatan yang pernah dia pegang, tapi semua itu sepertinya akan berangsur-angsur luntur setelah Fenomenalnya yang masih hangat dibicarakan tentang “PENYESALAN DAN SUJUD SYUKURNYA”.

PENYESALAN 

Amien Rais merasa menyesal karena dulu setuju dengan Pilkada Langsung, dulunya dia meyakini bahwa pilkada langsung dapat memberantas kecurangan politik seperti Money Politic sebagai jalan pintas untuk memperbanyak suara, karena banyaknya masyarakat dianggap tidak memungkinkan untuk melakukan itu.

Amien pun,melihat proses pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang berlangsungbeberap waktu lalu, sangat kental dengan politik uang guna mecapai tujuannyasebagai pemenang. "Pilpres pun politik uang berbicara sangatlantang," cetusnya.

Tapi kalau mau dipikir-pikir bukankah pemilihan lewat DPRD yang lebih besar peluang money poloitik, karena jutaan orang saja bisa di imingi dengan uang kenapa tidak kalau hanya untuk segelintir orang?, prosesnyapun panjang walaupun cukup memastikan bisa terpilih, tapi semua prosesnya ini semuanya berpeluang money politic. Pertama meyakinkan kepada partai untuk agar memilihnya sebagai wakil dari partainya mungkin juga disini tidak hanya Ketuanya saja tapi anggotanya juga, bukan juga 1 partai tapi biasanya partainya bersifat gabuangan semuanya harus diyakinkan semua. Kedua melobi para anggota DPRD yang pastinya kalau mereka mau mereka akan meminta nominal yang tak sedikit, anggota yang harus digaetpun harus banyak dan hasilnya uang yang haris dikeluarkan.,.,.,,., Wooooowwww pantastis. selesaikah ini??? belum, masih ada yang ketiga setelah terpilih agar perjalanannya lancar tentang pengaturan, kebijakan, dan laporan harus diberi pelicin lagi, dan pelicin ini akan berjalan selama 5 tahun. SO CUKUP MEYAKINKAH MEREKA YANG DIPILH OLEH DPRD, YANG MANAKAH YANG LEBIH BERPELUANG UNTUK MENGHASIKAN PEMIMPIN DARI HASIL KECURANGAN. SILAHKAN PIKIRKAN SENDIRI PENILAIAN ANDA JANGAN SALAH DALAM MENILAI ATAUPUN MENYESAL, SIAPA TAHU YANG ANDA SESALKAN LEBIH BAIK DARI YANG ANDA PIKIRKAN SEKARANG.

SUJUD SYUKUR

Ketukan palu yang menetapkan bahwa Pilkada dikembalikan lagi dipilh oleh DPRD, setelah rapat yang terbilang alot hingga selesai sampai pagi, dan karena tak menemui titik temu setelah rapat panjang digelar, diputuskanlah untuk melakukan voting yang akhirnya dimenangkanlah oleh pihak yang setuju dengan Pilkada Tak Langsung.

Banyak fenomena yang muncul setelah ketukan palu ini, salah satunya adalah sujud syukurnya Amien Rais yang merasa menang dengan pilihan Koalisinya dan pilihannya sendiri yang mengharapkan Pilkada dikembalikan kepada DPRD, hal ini sungguh sangat fenomenal mengingat dia adalah orang yang dianggap sebagai pahlawan reformasi dan juga ikut berjasa menyetujui perubahan pilkada yang dulu pernah dipilih oleh Presiden dan diganti menjadi dipilih oleh DPRD pada tahun 1999 dan berganti lagi menjadi Pilkada langsung pada tahun 2004 dan mulai berlaku pada bulan juni 2005, dan dari berbagai perubahan yang maju dalam bidang demokrasi ini, tidak lepas dari usahanya Amien Rais yang juga ikut memperjuangkan kemajuan demokrasi ini, sehingga dari awal dia berjuang merobohkan kekuasaan Soeharto, dia sudah dianggap sebagai pahlawan Reformasi.
Tapi cerita itu sudah berakhir, semua penilaian positif tentangnya dulu kini sudah menjadi negatif setelah sikap, pendapat, dan tindakannya terhadap disahkannya UU Pilkada yang dipilih oleh DPRD, rakyat banyak yang kecewa dengan semua itu, sekarang rakyat berpaling tidak menyukainya malah ada juga yang membencinya. Hal ini sangat disayangkan dan disesalkan mengingat jasa-jasa nya yang sudah memperjuangkan era Reformasi, dan meningkatkan qualitas demokrasi yang dulunya dipegang oleh tangan presiden beralih mejadi hak DPRD dan meningkat pula sudah menjadi hak semua rakyat. 

Setelah perjalanan panjang peningkatan demokrasi ini, sudah sepatutnyalah rakyat berbangga dengan mereka-mereka yang ikut memperjuangkannya termasuk Amien Rais, kini hak itu sudah dirampas lagi menjadi hak DPRD yang patuh kepada arahan partai bukan arahan rakyat yang telah berjasa memilihnya, rakyat sangat kecewa dan merasa telah dikhianati. Kekecewaan ini semakin besar karena orang yang mengambil haknya itu adalah orang yang dulunya memperjuangkannya, Penilaian-penilainya yang terdahulu ternyata salah besar, orang yang dulunya di banggakan kini telah mengecewakan,, sungguh sangat fenomenal kejadian ini dan tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.

Sekarang mau dibawah kemanakah negara ini setelah mengalami kemunduran demokrasi, apakah kita akan merasakan kembali pahitnya zaman orde baru, ataukah ada orde yang lain lagi yang disiapkan??? Semua ini terlalu kentara dengan kehausan kekuasaan, koalisi partai-partai yang dulu selalu ada dikubu pemenang kini harus menelan pil pahit kekalahan. PAN, GOLKAR, PPP dan PKS yang selalu berada pada pihak pemenang (Koalisi Partai Demokrat) kini pertama kalinya berada di pihak koalisi yang kalah dalam Pilpres, mereka tak bisa, lebih tepatnya tak mau berinterkasi menjadi koalisi yang kalah setelah dulu selalu berada di koalisi yang memegang kekuasaan. Segala carapun dilakukan untuk memgang kekuasaan, hingga tercetuslah ide untuk merubah Pilkada Langsung menjadi dipilih oleh DPRD, karena dengan begini Big Koalisinya menjadi lebih berarti, mereka berpeluang menguasainya 31 provinsi yang ada di Indonesia, mereka memang kurang beruntung untuk memegang kekuasaan RI 1 tapi hampir semua kepala daerah ditangannya, sehingga mereka juga bisa mengontrol negara ini dengan semau mereka. SUNGGU TRAGIS DAN SANGAT TRAGIS, HAL APAKAH LAGI YANG AKAN DIRUBAH SETELAH INI,,,??? KITA TUNGGU SAJA, AKU YAKIN MEREKA BELUM AKAN PUAS DENGAN HAL INI SAJA.

0 comments:

Post a Comment